Jika Anda melihat sesuatu yang menarik untuk difoto, organ tubuh yang pertama perlu bergerak adalah kaki, bukan tangan. Mengapa? Karena Anda mungkin perlu bergerak memutari obyek dulu untuk mendapatkan angle dan komposisi yang maksimal. (Tentu saja, hal ini bisa diabaikan jika timing atau sikonnya tidak mengizinkan kita untuk bergerak sebelum memotret.)
Bagi saya, angle dan komposisi adalah kunci untuk mendapatkan foto yang bagus. Dengan komposisi yang bagus, obyek yang sederhana (atau bahkan sepele) pun bisa disajikan dengan cantik. Sebaliknya, dengan komposisi atau angle yang jelek, obyek yang luar biasa pun akan terlihat nanggung atau kurang pas jika dipajang di dinding.
Pertama-tama, saya perlu klarifikasi dulu apa yang saya maksud dengan angle dan komposisi; definisi saya mungkin berbeda dengan definisi orang lain atau bahkan pengertian yang lazim dipakai.
Sebenarnya, angle dan komposisi mengacu ke satu hal yang sama: bagaimana sebuah foto diambil/dibuat. Angle mengacu ke fotografer dan kamera: arah dari mana foto tersebut diambil. Sedangkan komposisi mengacu ke hasil fotonya: bagaimana elemen-elemen dalam foto tersebut disusun/diatur sehingga menghasilkan keseluruhan gambar yang menarik atau kuat. Angle menentukan komposisi; begitu juga untuk mengubah komposisi diperlukan perubahan angle.
Secara umum, bisa dikatakan pemilihan angle dilakukan sebelum pemilihan komposisi. Pilihan angle sangat banyak: seorang fotografer bisa memutuskan untuk mengelilingi sebuah obyek 360 derajat, bahkan terkadang ada pilihan untuk mengambil angle dari atas atau pun dari bawah. Setelah memutuskan dari arah mana ia akan memotret, barulah sang fotografer mengangkat kamera ke matanya, membidik obyek, dan menggeser2 sedikit kameranya untuk mengubah letak obyek (dan obyek-obyek lain, termasuk foreground atau background) untuk mencapai komposisi yang ideal. (Walaupun tidak menutup kemungkinan sang fotografer ternyata harus bergeser dan mengubah angle sedikit lagi untuk mencapai komposisi yang lebih ideal. Misalnya, karena ternyata dari angle yang ia pilih obyeknya akan kurang kontras dibanding background.)
Saya memutari kandang burung ini agar bisa memotretnya tepat dari samping, dan berjongkok agar anglenya (lebih) sejajar, baru kemudian menggerak-gerakkan kamera beberapa senti agar burungnya “pas” mengisi frame
Nah, seperti apakah angle yang bagus itu? Angle yang bagus adalah angle yang bisa menyampaikan apa yang Anda ingin sampaikan dengan sebaik-baiknya.
Mungkin terdengar sederhana, tapi ada satu pesan penting yang sering dilupakan orang: bahwa Anda pertama-tama harus tahu dulu apa yang Anda ingin sampaikan. Jadi, langkah pertama adalah: visualisasi. Dalam kasus foto burung di atas, misalnya, saya punya pilihan untuk mengambil foto tersebut dari arah depan atau samping (dengan derajat yang bervariasi); selain itu saya juga bisa memotret burung itu sambil berdiri (angle dari atas ke bawah), atau saya bisa jongkok dan memotretnya dari samping (sejajar). Apakah angle turun itu jelek? Apakah angle dari depan itu jelek? Entahlah, tapi yang jelas bukan itu yang ada di visualisasi saya :)
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih angle:
Dari arah manakah obyek perlu difoto untuk menyampaikan apa yang saya ingin sampaikan?
Bayangkan Anda melihat seorang tunawisma sedang tidur di trotoar. Anda punya pilihan untuk mengambil fotonya tegak lurus dari samping (sehingga badannya melintasi frame), atau dari arah kepala ke kaki, atau dari arah kaki ke kepala; begitu juga Anda bisa memotret dari atas ke bawah, atau sejajar (mungkin perlu jongkok?). Mana yang lebih bisa menyampaikan apa yang ingin Anda sampaikan (rasa kasihan, rasa kagum, atau sekedar snapshot kehidupan?).
Ada beberapa “aturan” yang bisa diikuti tentang pengambilan angle; misalnya, angle dari atas ke bawah biasanya menggambarkan XXX, atau angle dari bawah ke atas akan memberikan kesan YYY, tapi menurut saya ini hal yang tidak begitu penting untuk dihafalkan. Lebih baik kita mencoba sendiri dan melihat hasilnya. Saya lebih suka tidak mengurung kreatifitas Anda dengan mengajari bahwa angle begini akan menghasilkan kesan begitu. Siapa tahu Anda bisa menemukan penggunaan angle yang menimbulkan efek yang berbeda dari yang selama ini dipakai :)
Apa yang sebaiknya digunakan sebagai background atau foreground?
Pilihan angle mempengaruhi apa yang masuk dalam frame, bahkan jika hanya sebagai background yang tidak focus sekalipun. Dalam kasus tunawisma di atas, jika Anda mengambil angle tegak lurus, maka mungkin yang masuk dalam frame Anda hanyalah tunawisma tersebut dan sepotong trotoar dan tembok. Jika Anda mengambil angle lebih miring, maka mungkin sebagian dari pemandangan jalanan akan terekam juga dalam frame Anda.
Background/foreground apa yang memperkuat foto?
Apakah pemandangan jalanan tersebut akan membantu memperkuat foto Anda? Ini kembali tergantung pada apa yang ingin Anda sampaikan. Apakah Anda lebih suka jika fotonya simpel dan hanya berisi sang tunawisma, trotoar dan tembok saja? Terserah Anda :)
Apakah obyek cukup kontras dengan background?
Foto cenderung menjadi lebih kuat jika obyek bisa teridentifikasi dengan jelas; antara lain dengan membuat kontras yang cukup tinggi antara obyek dengan background.
Di contoh foto burung di atas, misalnya, si burung mempunyai kontras tinggi di sebagian besar tempat. Kontras cukup rendah di bagian “dagu”, misalnya, (kepala bagian bawah, di pangkal paruh), di mana burung yang putih bertemu dengan background yang putih juga. Sedangkan di bagian badan, kontras cukup tinggi dengan bulu berwarna putih dan background hitam.
Hal ini lebih mudah untuk dipraktekkan di foto berwarna, karena jumlah warna yang sangat banyak, memungkinkan obyek lebih terpisah dari background; jika foto hitam putih besar kemungkinan Anda mendapatkan obyek abu-abu berbaur dengan background yang abu-abu juga….
So far baru itu sih yang terpikir oleh saya. Tidak sulit-sulit amat, kan? Yang penting adalah menyadari bahwa yang perlu bergerak duluan adalah kaki, bukan tangan :)
Artikel ini mungkin akan saya update jika ada tambahan yang terpikirkan. Until then, keep shooting! :)